Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
B. Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
- Apa Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas?
- Apakah Pendekatan dalam pengelolaan kelas?
4.
Apa
saja Prosedur pengelolaan kelas?
- Bagaimanakah pengaturan lingkungan fisik kelas yang bagus?
- Bagaimana disiplin kelas yang bagus?
BAB II
Pembahasan
1.
PENGERTIAN
PENGELOLAAN KELAS.
Pada
awalnya manajemen mempengaruhi terhadap administrasi sekolah,kemudian mempengaruhi
terhadap pembelajaran di kelas. manajemen ini di pandang sebagai proses,yang
sejak devinisi 1963 memiliki keterkaitan dengan desain dan pemanfaatan pesan
pendidikan.[1]
Pengelolaan merupakan
terjemahan dari kata "managemen" asal kata dari Bahasa Inggris yang
diindonesiakan menjadi "manajemen" atau menejemen. Di dalam kamus
umum Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan bahwa pengelolaan berarti
penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata "manajemen" dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Pengelolaan
diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain (Oemar Hamalik,
1986: 18).
Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom
Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
a.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban
kelas.
b. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern
adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan
situasi kelas.
2. J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5
pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a.
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan
kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini
bersifat "Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan
dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Definisi ini didasarkan atas
pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan
tugas
guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru membantu
siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c.
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah
laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang
tijdak diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip
mengubahan tingkah taku (behavioral modification), dan memandang pengelolaan
kelas sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi
sebagai pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui
prinsip reinforcement (penguatan).
d.
Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi
keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa
kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim
positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa.
e. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses
kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya
dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka
kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti
terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong berkembangnya
dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
2. PRINSIP-PRINSIP DALAM
MANAJEMEN KELAS.
“Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen
kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern
siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah
emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya
masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual.
Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan
biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah
suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah
siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika
kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas
akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah
siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
3. PENDEKATAN DALAM
PENGELOLAAN KELAS.
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat
dilakukan apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan
pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan apa yang
akan digunakan hendaknva mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan
pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu,
seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan
kelas serta memahami kondisi psikologis para siswa yang dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah
sikap profesional dalam pengelolaan kelas. Artinya bahwa walaupun guru sudah
yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang akan digunakannya, tetapi
pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka ia
hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang
ada sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya.
Hal tersebut jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang 13
tukang atau "Pekerja", dimana seorang
tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia
bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak
memberikan hasil yang diharapkan.
Adapun berbagai macam pendekatan dalam pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan dengan penerapan sejumlah
"Iarangan dan anjuran" .
Pendekatan
ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan
permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
1) . penghukuman atau pengancaman
2) penguasaan
atau penekanan
3) pengalihan atau pemasabodohan
Ketiga
bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat
siswa atau sikap mencari kambing hitam.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior
Modification)
Pendekatan
ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua tingkah
laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa
setiap individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran.
c. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional
Climate)
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan guru dalam penerapkan pendekatan ini antara lain:
1) Membantu setiap anak untuk menyadari dan menerima
dirinya masing-masing (Ke "diri" annya).
2) Menyiapkan masing-masing anak untuk memberi kontribusi
(sumbangan)kepada bermacam-macam antivitas di kelas.
3) Menyadari siswa untuk menerima dan mengerti
perbedaan-perbedaan individual (masing-masing siswa)
4) Membuat rencana kerja sehingga kemampuannya
masing-masing anak dalam kelas bermanfaat.
d. Pendekatan Elektis (Electic approach)
Pendekatan
ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn
memilih berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan
pendekatan elektis memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam
satu situasi pembelajaran. Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan
guru untuk berimprovisasi dalam menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru
tidak hanya terpaku pada penerapan salah satu pendekatan dalam perbaikan
tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mampu
menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau tiga
pendekatan.
Jadi,
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas di dasari oleh adanya pemahaman guru
terhadap berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan kelas
yang digunakan hendaknya mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan
dengan hakekat masalah yang dihadapi dan atau yang akan ditanggulangi.
4. PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan
kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran. Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan
pencegahan (preventif) dengan tujuan untuk menciptakan kondisi belajar
mengajar/pembelajaran yang menguntungkan dan pengambilan tindakan terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang telah terlanjur agar penyimpangan tersebut
tidak menjadi berlarut-Iarut (tindakan kuratif). Atas dasar tersebut, maka
terdapat dua macam tindakan dalam pengelolaan kelas yakni dimensi pencegahan
(preventif), dan tindakan kuratif.
a. Dimensi pencegahan (preventif), merupakan tindakan
dalam mengatur siswa dan peralatan serta format belajar mengajar yang tepat
sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya belajar
mengajar.
b. Dimensi
penyembuhan (kuratif) merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang
sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan
mengembalikannya dalam kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses
belajar.
Adapun Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam
pengelolaan kelas dimensi pencegahan (preventif) adalah sebagai berikut:
1)
Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru.
2)
Peningkatan
kesadaran siswa.
3)
Sikap poles
dan tulus dari guru.
4)
Mengenal dan
menemukan alternatif pengelolaan.
5)
Menciptakan
kontrak sosial.
Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan
(kuratif) adalah sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi
masalah.
2)
Menganalisa
masalah.
3)
Melaksanakan
afternatif yang telah ditetapkan.
4)
Mendapatkan
balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah
5.PENGATURAN
LINGKUNGAN FISIK KELAS
Salah
satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan. Sejak dulu pengaruh
lingkungan terhadap pendidikan telah disadari. Sekalipun lingkungan itu
mempunyai makna yang luas, tetapi dalam bab ini hanya akan menguraikan
lingkungan fisik sebagai salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan
dengan penciptaan lingkungan yang baik, yang mendesain tempat duduk siswa
sehingga dapat menciptakan suasana kelasyang mampu mendorong siswa belajar
dengan baik.
a. Lingkungan Fisik Kelas
Guru
harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan
subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat
menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya
mencerminkan kepribadian guru dan perhalian serta penghargaan atas usaha
siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada
lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi
yang diinginkan.
b. Pengaturan Tempat Duduk Siswa
pengaturan
tempat duduk sangat berpengaruh bagi siswa,interaksi antar mereka,dan interaksi
dengan guru.hal ini berarti pengaturan tempat duduk siswa memberikan dampak
proses pembelajaran.[2]
Pengaturan
tempat duduk paling populer di kebanyakan kelas adalah siswa secara berderet
menghadap ke papan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut
tinggi pendeknya siswa. Yang tinggi duduk di belakang yang pendek di depan.
Pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak
jauh atau pendengarannya kurang, atau jika banyak yang membuat gaduh, siswa
tersebut duduk di deretan paling depan tanpa menghiraukan tinggi badannya.
Tipe
pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran
formal. Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk
di belakang dan yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua
siswa dan guru mengambil posisi tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian
papan tersebut mudah dicapai guru dan dapat dilihat oleh semua siswa. Jenis
pengaturan tempat duduk seperti ini juga memudahkan bergerak antara deretan dan
pengumpulan serta pembagian buku dan bahan lain.
6.DISIPLIN KELAS
Tanpa
disiplin, tujuan pendidikan dan pengajaran tidak akan tercapai. Itu sebabnya
setiap guru yang baik harus mampu menciptakan disiplin yang baik di dalam
kelasnya.
Disiplin
berasal dari kata “disciplus" dalam bahasa Yunani yang artinya
"pengikut seorang guru". Orang yang berdisiplin tunduk kepada
peraturan. Dengan disiplin dimaksud usaha untuk mengatur dan mengontrol
kelakuan guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut
konsepsi yang lama disiplin merupakan pengaturan dari luar dengan sering
menggunakan paksaan dan kekerasan. Konsepsi modern lebih menuju kearah
self-discipline.
Gangguan
terhadap disiplin dapat disebabkan oleh guru, yakni pribadi guru dan
kekurangannya dalam kesanggupan mengajar dan keterampilan sosial. Pelanggaran
terhadap disiplin dapat pula disebabkan oleh anak, yakni oleh interaksi di
antara anak-anak dan oleh gangguan dalam pribadi anak sendiri. Guru yang
berpribadi mempunyai kewibawaan. la disegani anak-anak, bukan karena rasa
takut, melainkan karena guru itu mewujudkan norma-norma tertentu pada dirinya.
Kebanyakan
pelanggaran disiplin dapat diatasi. Dalam hal ini kepribadian guru, kesanggupan
mengajar, penyelenggaraan kegiatan rutin dalam kelas serta perbaikan keadaan
dalam kelas memegang peranan yang penting. Namun demikian bagaimanapun baiknya
guru, selalu akan terdapat pelanggaran terhadap ketertiban di dalam kelas. Oleh
sebab itu guru perlu menggunakan hukuman untuk memulihkan disiplin. Hukuman hendaknya
diberikan dengan hati-hati, agar jangan menimbulkan akibat-akibat yang negatif.
Tiap
kelas mempunyai suasana atau iklim tersendiri. Guru dapat mengusahakan iklim
yang sehat di dalam kelasnya. Kelas yang bersuasana sehat juga mempunyai
disiplin yang sehat. Dalam negara kita yang ber-Pancasila, kita hendaknya
mendidik anak-anak ke arah self-discipline, sehingga mereka dapat mematuhi
peraturan alas keyakinan akan perlu dan baiknya peraturan-peraturan itu.
Disiplin
adalah rasa tanggungjawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial
untuk mematuhi segala aturan dan lata tertib di sekolah sehingga dapat belajar
dengan baik. Pendekatan yang dapat digunakan dalam membina disiplin dalam kelas
dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dari guru kepada murid dan
dalam hal ini murid perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk mematuhi dan
mengenali diri sendiri.
Teknik-teknik
yang dapat digunakan dalam membina disiplin kelas antara lain: Teknik
keteladanan guru, teknik bimbingan guru dan teknik pengawasan bersama.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk menegakkan disiplin antara lain dilakukan baik dari
pihak guru, pihak siswa, dan dari pihak orang tua.
Self
dicipline bukan berarti memberikan kebebasan penuh. Self dicipline berarti
keinsyafan dan kerelaan sendiri mematuhi peraturan dan norma-norma yang
diakuinya. Hal ini baik sekali dan perlu, sekalipun tidak ada orang lain yang
mengawasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar