Kamis, 21 Februari 2013

Manajemen kelas

A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
B. Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
  2. Apa Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas?
  3. Apakah Pendekatan dalam pengelolaan kelas?
4.      Apa saja Prosedur pengelolaan kelas?
  1. Bagaimanakah pengaturan lingkungan fisik kelas yang bagus?
  2. Bagaimana disiplin kelas yang bagus?
BAB II
Pembahasan

1.      PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS.
Pada awalnya manajemen mempengaruhi terhadap administrasi sekolah,kemudian mempengaruhi terhadap pembelajaran di kelas. manajemen ini di pandang sebagai proses,yang sejak devinisi 1963 memiliki keterkaitan dengan desain dan pemanfaatan pesan pendidikan.[1]
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "managemen" asal kata dari Bahasa Inggris yang diindonesiakan menjadi "manajemen" atau menejemen. Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata "manajemen" dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain (Oemar Hamalik, 1986: 18).
Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
a. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.

2. J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat "Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan
tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tijdak diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan tingkah taku (behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement (penguatan).
d. Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
e. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
2. PRINSIP-PRINSIP DALAM MANAJEMEN KELAS.
“Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
3.     PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS.

Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan hendaknva mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi psikologis para siswa yang dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas. Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya. Hal tersebut jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang 13
tukang atau "Pekerja", dimana seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Adapun berbagai macam pendekatan dalam pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan dengan penerapan sejumlah "Iarangan dan anjuran" .
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
1)      . penghukuman atau pengancaman
2)       penguasaan atau penekanan
3)      pengalihan atau pemasabodohan

Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau sikap mencari kambing hitam.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran.

c. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional Climate)
Upaya-upaya yang dapat dilakukan guru dalam penerapkan pendekatan ini antara lain:
1)      Membantu setiap anak untuk menyadari dan menerima dirinya masing-masing (Ke "diri" annya).
2)      Menyiapkan masing-masing anak untuk memberi kontribusi (sumbangan)kepada bermacam-macam antivitas di kelas.
3)      Menyadari siswa untuk menerima dan mengerti perbedaan-perbedaan individual (masing-masing siswa)
4)      Membuat rencana kerja sehingga kemampuannya masing-masing anak dalam kelas bermanfaat.
d. Pendekatan Elektis (Electic approach)
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn memilih berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran. Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau tiga pendekatan.
Jadi, Ketepatan tindakan pengelolaan kelas di dasari oleh adanya pemahaman guru terhadap berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan hendaknya mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan dengan hakekat masalah yang dihadapi dan atau yang akan ditanggulangi.

4. PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran. Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar/pembelajaran yang menguntungkan dan pengambilan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang telah terlanjur agar penyimpangan tersebut tidak menjadi berlarut-Iarut (tindakan kuratif). Atas dasar tersebut, maka terdapat dua macam tindakan dalam pengelolaan kelas yakni dimensi pencegahan (preventif), dan tindakan kuratif.
a.    Dimensi pencegahan (preventif), merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan peralatan serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya belajar mengajar.
b.     Dimensi penyembuhan (kuratif) merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan mengembalikannya dalam kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar.
Adapun Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan kelas dimensi pencegahan (preventif) adalah sebagai berikut:

1)      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.
2)      Peningkatan kesadaran siswa.
3)      Sikap poles dan tulus dari guru.
4)      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan.
5)      Menciptakan kontrak sosial.

Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) adalah sebagai berikut:
1)      Mengidentifikasi masalah.
2)      Menganalisa masalah.
3)      Melaksanakan afternatif yang telah ditetapkan.
4)      Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah


5.PENGATURAN LINGKUNGAN FISIK KELAS

Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan terhadap pendidikan telah disadari. Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi dalam bab ini hanya akan menguraikan lingkungan fisik sebagai salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan penciptaan lingkungan yang baik, yang mendesain tempat duduk siswa sehingga dapat menciptakan suasana kelasyang mampu mendorong siswa belajar dengan baik.

a. Lingkungan Fisik Kelas
Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhalian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

b. Pengaturan Tempat Duduk Siswa
pengaturan tempat duduk sangat berpengaruh bagi siswa,interaksi antar mereka,dan interaksi dengan guru.hal ini berarti pengaturan tempat duduk siswa memberikan dampak proses pembelajaran.[2]
Pengaturan tempat duduk paling populer di kebanyakan kelas adalah siswa secara berderet menghadap ke papan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa. Yang tinggi duduk di belakang yang pendek di depan. Pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau jika banyak yang membuat gaduh, siswa tersebut duduk di deretan paling depan tanpa menghiraukan tinggi badannya.
Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran formal. Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang dan yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua siswa dan guru mengambil posisi tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian papan tersebut mudah dicapai guru dan dapat dilihat oleh semua siswa. Jenis pengaturan tempat duduk seperti ini juga memudahkan bergerak antara deretan dan pengumpulan serta pembagian buku dan bahan lain.

6.DISIPLIN KELAS

Tanpa disiplin, tujuan pendidikan dan pengajaran tidak akan tercapai. Itu sebabnya setiap guru yang baik harus mampu menciptakan disiplin yang baik di dalam kelasnya.  
Disiplin berasal dari kata “disciplus" dalam bahasa Yunani yang artinya "pengikut seorang guru". Orang yang berdisiplin tunduk kepada peraturan. Dengan disiplin dimaksud usaha untuk mengatur dan mengontrol kelakuan guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut konsepsi yang lama disiplin merupakan pengaturan dari luar dengan sering menggunakan paksaan dan kekerasan. Konsepsi modern lebih menuju kearah self-discipline.

Gangguan terhadap disiplin dapat disebabkan oleh guru, yakni pribadi guru dan kekurangannya dalam kesanggupan mengajar dan keterampilan sosial. Pelanggaran terhadap disiplin dapat pula disebabkan oleh anak, yakni oleh interaksi di antara anak-anak dan oleh gangguan dalam pribadi anak sendiri. Guru yang berpribadi mempunyai kewibawaan. la disegani anak-anak, bukan karena rasa takut, melainkan karena guru itu mewujudkan norma-norma tertentu pada dirinya.
Kebanyakan pelanggaran disiplin dapat diatasi. Dalam hal ini kepribadian guru, kesanggupan mengajar, penyelenggaraan kegiatan rutin dalam kelas serta perbaikan keadaan dalam kelas memegang peranan yang penting. Namun demikian bagaimanapun baiknya guru, selalu akan terdapat pelanggaran terhadap ketertiban di dalam kelas. Oleh sebab itu guru perlu menggunakan hukuman untuk memulihkan disiplin. Hukuman hendaknya diberikan dengan hati-hati, agar jangan menimbulkan akibat-akibat yang negatif.
Tiap kelas mempunyai suasana atau iklim tersendiri. Guru dapat mengusahakan iklim yang sehat di dalam kelasnya. Kelas yang bersuasana sehat juga mempunyai disiplin yang sehat. Dalam negara kita yang ber-Pancasila, kita hendaknya mendidik anak-anak ke arah self-discipline, sehingga mereka dapat mematuhi peraturan alas keyakinan akan perlu dan baiknya peraturan-peraturan itu.
Disiplin adalah rasa tanggungjawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk mematuhi segala aturan dan lata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik. Pendekatan yang dapat digunakan dalam membina disiplin dalam kelas dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dari guru kepada murid dan dalam hal ini murid perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk mematuhi dan mengenali diri sendiri.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina disiplin kelas antara lain: Teknik keteladanan guru, teknik bimbingan guru dan teknik pengawasan bersama.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menegakkan disiplin antara lain dilakukan baik dari pihak guru, pihak siswa, dan dari pihak orang tua.
Self dicipline bukan berarti memberikan kebebasan penuh. Self dicipline berarti keinsyafan dan kerelaan sendiri mematuhi peraturan dan norma-norma yang diakuinya. Hal ini baik sekali dan perlu, sekalipun tidak ada orang lain yang mengawasinya.


[1] Tim pengembang ilmu pendidikan fip-upi. Ilmu dan aplikasi pendidikan,imperial bhakti utama.bandung 2007.hlm 189.
[2] Drs. Ratno Harsanto,M.Si. Pengelolalaan kelas yang dinamis.jogjakarta, kanisius 2007.hlm  59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar